googlee10025ebf65670c5.html google-site-verification=tVDItFhLke01GlT1rH2iScs8TlHFtfqhGglUG2clTOY PERISAI - IMAN - Heldin Manurung: 5

5


SENJATA KEEMPAT


Perisai - Iman


Apa kah yang dimaksud dengan iman? Iman adalah salah satu dari perlengkapan senjata Allah yang diberikan kepada kita untuk kita gunakan dalam kehidupan kita, khsusnya pada saat kita menghadapi perang. Pada saat rasul Paulus menjelaskan tentang perisai iman seperti tertulis dalam Efesus 6: 16: “dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat.”


Dia tidak menjelaskan secara rinci dari mana kita memperoleh iman tersebut. Dia hanya menjelaskan fungsinya sebagai perisai yang dapat menangkal semua panah api dari si jahat. Berbeda dengan penjelasan alat perlengkapan senjata lainnya, seperti ikat pinggang kebenaran yang berarti bahwa pinggang dililiti dengan kebenaran. Tentang iman tidak disebutkan dengan jelas dari mana kita memperolehnya, dan apa yang harus kita lakukan untuk memperolehnya.


Pengertian iman secara definisi diberikan oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Ibrani: “Iman dalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibrani 11:1).


Dalam Roma 10:17 dikatakan: “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Tuhan”. Nats ini mengatakan bahwa iman timbul dari pendengaran oleh firman Tuhan. Jika dikatakan timbul berarti sudah ada, sehingga dia bisa timbul (bekerja). Pengertian pendengaran dalam hal ini adalah pemahaman.


Ada dua saluran masuknya pemahaman (pengetahuan) ke pikiran kita, yakni melalui telinga (mendengar), dan melalui mata (membaca). Firman Tuhan yang kita dengar atau kita baca diterima oleh otak, lalu kita memiliki pengetahuan tentang firman Tuhan.


Daya serap dan daya analisis otak terhadap firman Tuhan sangat menentukan iman percaya kita terhadap firman Tuhan. Bila otak kita menerima firman Tuhan lalu hati kita percaya tentang apa yang diperkatakan oleh firman Tuhan. Itulah yang dimaksud dengan iman percaya kita.


Iman yang hidup. Bila otak kita tidak menerima firman Tuhan yang kita dengar atau kita baca, lalu hati kita pun tidak percaya berarti kita tidak beriman. Dari mana kita memperoleh iman itu? Iman timbul dan bekerja ketika kita memahami firman Tuhan.


Ternyata iman itu adalah salah satu karunia Roh dari Sembilan karunia Roh yang ada. Dalam suratnya kepada jemaat Korintus, rasul Paulus mengatakan: “Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, …” (1 Korintus 12:9).


Jadi iman adalah karunia Roh yang diberikan kepada kita oleh Allah. Ketika kita percaya kepada Yesus Kristus, kita telah dikaruniai Roh yang membuat kita untuk memercayai-Nya. Demikianlah Yesus berkata: “Lalu Ia berkata: “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya” (Yohanes 6:65). Ketika Allah mengaruniakan Roh-Nya kepada kita untuk memercayai Yesus, sekaligus kita pun memiliki iman yang diberikan kepada kita bersama-sama Roh itu.


Kata iman dan kata percaya (kepercayaan) merupakan kata yang bersinonim atau memiliki kesamaan arti. Walaupun telah dikatakan sebelumnya bahwa iman merupakan hasil kekuatan pikiran, sedangkan percaya atau kepercayaan muncul dari hati melalui proses iman.


Menurut Ensiklopedi Alkitab, kata ‘iman’ diterjemahkan dari bahasa Ibrani ‘emun’ banyak digunakan dalam kitab Perjanjian Baru (PB), dan dalam kitab Perjanjian Lama hanya digunakan dua kali, yakni dalam Ulangan 32:20 yang diterjemahkan menjadi ‘kesetiaan’, dan dalam Habakuk 2:4 (TBI) diterjemahkan ‘percaya’.


Bahasa Ibrani ‘batakh’ diterjemahkan (TBI) dalam bahasa Indonesia dengan ‘percaya’. Kata iman dan percaya banyak digunakan dalam alkitab secara bergantian, karena yang dimaksudkan oleh kedua kata tersebut adalah sikap kita yang benar kepada Allah, yakni iman atau kepercayaan kita.


Jadi iman atau percaya adalah sikap. Marilah kita simak firman Tuhan dalam Mazmur 37:3-4: “Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.” Ayat ini jelas memperlihatkan kepada pembacanya mengenai sikap terhadap Tuhan dengan kata-kata ‘percayalah, lakukanlah, diamlah, berlakulah, dan bergembiralah’. Pemazmur berusaha supaya hidupnya benar, dan mengajak pembaca berharap kepada Allah dengan sikap yang didasari oleh iman dan percaya hanya kepada Allah.


Kata iman ditujukan hanya kepada Allah. Kata iman tidak ditujukan kepada manusia, apalagi kepada berhala. Orang Kristen disebut orang beriman karena percaya hanya kepada Allah dalam Yesus Kristus.


Kita tidak boleh percaya kepada diri sendiri, apalagi kepada berhala atau setan. Jadi sebagai orang beriman, kita harus percaya hanya kepada Allah dalam Yesus Kristus. Seperti firman Tuhan dalam (Amsal 3:15): “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.”


Bagian akhir ayat ini bahkan melarang kita orang percaya untuk bersandar pada pengertian sendiri. Karena setiap orang yang bersandar pada pengertian sendiri disebut orang bebal (Amsal 28:26).


Yeremia memperingatkan supaya jangan percaya kepada apa pun yang dari manusia. “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari Tuhan.” (Yeremia 17:5).


Sebagai orang percaya bahkan kita tidak boleh mengandalkan kebenaran kita sendiri (Yehezkiel 33:13). Allah mengutuk keras orang yang mengandalkan berhala (Yesaya 42:17).


Kata percaya bisa digunakan secara umum, baik untuk Tuhan, untuk manusia, dan lainnya. Kata percaya memiliki makna yang luas sehingga perlu diperhatikan konteks dimana kata tersebut digunakan.


Kata ‘percaya’ dalam bahasa Inggris bisa berarti ‘believe’, dan bisa berarti ‘trust’. Kata ‘believe’ dalam ungkapan ‘believe in God’ berarti ‘percaya kepada Tuhan’, artinya percaya keberadaan Tuhan. Percaya kalau Tuhan ada. I believe that God is Omnipresent. Kata ‘believe’ bisa juga berarti ‘percaya’ kalau seseorang tidak berbohong.

Kata ‘trust’ dalam ungkapan ‘trust in God’ bisa berarti ‘percaya atas kemampuan Tuhan’ untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu. Bila kita mengatakan bahwa kita percaya kepada Tuhan Yesus Kristus berarti kita percaya keberadaannya, kita percaya kekuasaan-Nya, kita percaya bahwa hidup mati kita ada di dalam tangan-Nya.


Sewaktu kepala penjara di Filipi bertanya kepada Paulus dan Silas, “Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat supaya aku selamat?” Tanpa ragu-ragu mereka menjawab, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat.” (Kisah Rasul-Rasul 16:30)


Kata percaya dalam ayat ini berarti meletakkan iman seutuhnya hanya dalam Tuhan Yesus Kristus untuk keselamatannya. Keselamatan dan kehidupan kekal hanya ada dalam Yesus Kristus.


Yesus mengatakan: “Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup. Tak seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).


Pengertian iman dalam bentuk definisi terdapat dalam Ibrani 11:1, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”


Dari nats ini dapat dikatakan bahwa iman adalah dasar pengharapan, dan bukti dari apa yang tak kelihatan. Apa sesungguhnya yang kita harapkan? Satu hal yang paling kita harapkan dan rindukan adalah keselamatan kita, kehidupan kekal di Sorga.


Keselamatan itu hanya dapat diperoleh di dalam Yesus Kristus, iman kita. “Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:15). Hanya iman di dalam Yesus Kristus kita bisa memperoleh kehidupan kekal.


Hanya dengan percaya kepada Yesus Kristus, tidak perlu dengan meminta, kita otomatis memperoleh keselamatan. “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan” (Roma 10:9).


Memang ada banyak hal yang kita perlukan selama kita masih di dunia ini, tetapi hal itu haruslah kita minta kepada Tuhan. Tuhan menyuruh kita meminta kepada-Nya. “Mintalah maka akan diberikan kepadamu” (Matius 7:7).


Kita dapat meminta apa saja kepada Tuhan Yesus, tetapi kita harus meminta dengan iman. Meminta dengan iman berarti kita harus percaya bahwa kita telah menerima apa yang kita minta, karena iman adalah bukti dari pada apa yang belum kelihatan. “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya” (Matius 21:22).


Hal terpenting yang harus kita perhatikan adalah bahwa Tuhan telah menyatakan identitas-Nya kepada kita baik melalui segala ciptaan-Nya maupun melalui Firman-Nya.


Dengan jelas Tuhan menegaskan: “Akulah kebenaran”. Cuma terlalu banyak orang yang menganggap itu hanya sekedar kata-kata atau ungkapan belaka. Mereka tidak bisa melihat identitas tersebut dalam benak mereka. Akhirnya iman mereka tetap kerdil dan tidak akan pernah bangkit dan membesar walau hanya sebesar biji sesawi.


Firman Tuhan berkata: “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus” (Roma 10:17). Bahkan orang-orang menarik diri dari kepercayaan mereka kepada identitas Tuhan sebagai kebenaran. Mereka akhirnya mencari kebenaran dunia dan kebenaran mereka sendiri.


Sampai akhirnya masalah dan persolan serta tantangan hidup datang menyerang hingga akhirnya tidak berdaya dan kalah. Kenapa demikian? Karena mereka tidak memiliki senjata perang yang canggih dari Tuhan untuk menangkis serangan musuh, yaitu perisai iman.


Pengenalan akan Tuhan sebagai satu-satunya kebenaran, dan sumber kebenaran sangat perlu bagi setiap orang yang ingin berkemenangan dalam hidupnya. Kita harus benar-benar mengenal siapa Bapa kita, Yaitu Bapa Kebenaran, Yesus Kristus.


Orang-orang yang tidak mau percaya bahwa Yesus Kristus adalah kebenaran, dan satu-satunya kebenaran, tetapi mereka berbicara mengenai kebenaran dunia dan kebenaran mereka sendiri menunjukkan bahwa mereka tidak mengenal Allah. Mereka tidak dapat membedakan antara Allah dan musuh kita - iblis.


Saudaraku, kita harus sungguh-sungguh mengenal karakter Allah yang kepadanya kita beriman. Karakter Allah tidak bercela. Iblis tidak berkarakter. “Allah tidak mungkin berdusta” (Ibrani 6:18), sedangkan iblis tidak mungkin mengatakan kebenaran, karena “apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta” (Yohanes 8:44).


Karena itu, setiap orang yang yang menolak secara diam-diam semua atau sebagian dari Firman Tuhan yang kita peroleh dari Alkitab menunjukkan bahwa ia tidak dapat membedakan antara Allah dan iblis. Akibatnya, setiap kali kita menghadapi peperangan dalam hidup kita sering kali menjadi sasaran empuk bagi musuh kita - si iblis. Situasi semacam ini juga dapat dikatakan bahwa kita telah kehilangan senjata rohani kita, yaitu perisai iman dan pedang Roh – Firman Tuhan.


Setiap hari merupakan saat peperangan dalam hidup kita. Setiap orang bisa memilih apakah dia akan berkemenangan atau akan mengalami babak belur sebelum babak pertama dimulai. Allah mengundang kita untuk berkemenagan setiap hari dalam hidup kita.


Setiap orang berhak dan berkesempatan untuk meraih kemengangan yang Tuhan sediakan bagi kita. Syaratnya tidak sulit-sulit amat. Hanya dengan percaya dan beriman hanya kepada Yesus Kristus.


Allah mengatakan bahwa tidak ada cara lain, kecuali dengan iman. “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barang siapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibrani 11:6).


Dua hal itu akan tampak dalam kehidupan kita setiap hari. Apakah kita memperlihatkan iman kita, atau ketidak percayaan kita dalam tindak perbuatan kita setiap hari? Kita akan dapat mengenali dengan jelas orang-orang yang hanya berbicara tentang peperangan atau pertandingan yang baik, tetapi tak pernah menghasilkan apa-apa. Mereka tidak memperlihatkan iman mereka dalam tindak perbuatan mereka.


Allah menegaskan hal ini melalui Yakobus: “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku” (Yakobus 2:18).


Ketahuilah saudaraku. Allah begitu memperhatikan dan mementingkan iman kita. Mungkin saja ada orang yang bertanya-tanya, “Mengapa Tuhan begitu memperhatikan iman kita?” 


Tuhan sangat perduli dengan iman kita karena imanlah yang membuat orang berkenan kepada Allah. Imanlah yang memberi setiap orang kesempatan yang sama untuk memperoleh dari apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya yang nyata melalui karya-Nya sejak dunia diciptakan.


Kita tidak boleh mengenal Allah hanya dalam kata-kata belaka. Kita harus menyatakan pengenalan kita akan Allah dalam tindak perbuatan kita. Itulah yang dikatakan dengan iman yang hidup. Hanya dengan cara itulah kita akan dapat berkemenangan dalam hidup kita karena kita memiliki senjata perang rohani kita – iman – perisai iman dan pedang Roh.


Jika ada orang yang tidak berkemenangan dalam hidupnya mungkin perlu memeriksa diri apakah mereka seperti peringatan Tuhan yang disampaikan melalui Rasul Paulus: “Sebab sekali pun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya.


Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh” (Roma 1:21-22).


Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa kita cukup kuat dan berkemenangan dalam hidup kita? hal itu sangat mudah untuk diketahui. Kemenangan kita ditentukan oleh iman kita. Perisai iman kita adalah Yesus Kristus.


Bila seseorang berkata bahwa dirinya seorang beriman berarti dia adalah orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus Kristus. Dia mengandalkan Yesus Kristus dalam hidupnya. Firman Tuhan berkata: “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah…” (Ibrani 11:6).


Nats ini menjelaskan kepda kita bahwa tanpa Yesus Kristus kita tidak mungkin berkenan kepada Allah. Karena iman yang dimaksudkan itu adalah Yesus sendiri. Allah tidak melihat kita, tetapi Dia melihat Yesus yang ada dalam diri kita. Yesus sendirilah yang membuat kita berkenan bagi Allah. Dengan demikian Allah melakukan segala perkara dalam hidup kita.


Bagi orang benar iman lebih dari sekedar perisai. Iman adalah sejata terdahsyat yang kita dapat miliki – yang dapat mengalahkan dunia. Firman Tuhan berkata: “Sebab semua yang lahir dari Allah mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita” (1 Yohanes 5:4).


Apa artinya orang yang lahir dari Allah? Orang yang lahir dari Allah adalah orang yang lahir baru. Orang kudus. Orang benar. Orang yang diperanakkan dalam Yesus Kristus. Kita pasti dapat mengalahkan dunia oleh iman kita, yaitu Yesus Kristus.


Bukan kita yang mengalahkan dunia, tetapi Yesus Kristus yang menjadi iman kita – yang kepada-Nya kita percaya. Majulah terus! Jangan lupa mengenakan senjata perlengkapan anda – perisai iman.


Ada orang bertanya kepada saya. Seberapa kuat perisai iman anda untuk melindungi anda dari serangan musuh? Dengan yakin dan pasti saya menjawab bahwa perisai iman yang kumiliki adalah perisai iman yang terhebat yang pernah ada.


Kog bisa begitu yakin anda? So pasti, jawab saya. Karena saya percaya terhadap firman Allah. Dan saya percaya sepenuhnya kepada Allah yang memberi firman itu. Allah pernah berfirman kepada Abram: “Jangan takut Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar” (Kejadian 15:1).


Nats ini sungguh luar biasa meyakinkan dan menguatkan kita karena dikatakan bahwa Allah sendirilah yang menjadi perisai kita. Haleluyah…! Lihat saudaraku! Kalau Allah yang menjadi perisai kita, siapa yang bisa melawan kita. Terpujilah Allah Bapa kita di dalam Yesus Kristus, dari sekarang sampai selama-lamanya!
*****
Doa kami tulisan yang kami sajikan ini dapat dipahami, direnungkan, dan dilakukan agar berkat-berkat yang Tuhan sediakan turun atas saudara dan orang-orang yang kepadanya firman Tuhan ini disampaikan.

Terima kasih, saudara telah membaca tulisan tentang Bajuzirah - Keadilan yang disajikan oleh Ev. Heldin Manurung dalam website ini. Tuhan Yesus Kristus memberkati saudara. Amin!